Fraud Oleh Eksekutif Perusahaan Timbulkan Kerugian Terbesar
Seringkali, tindakan fraud dilakukan oleh karyawan, manajer, atau pihak ketiga lainnya seperti vendor. Tetapi, pemilik atau eksekutif perusahaan juga dapat melakukan tindakan fraud. Meskipun hanya menempati posisi ketiga sebagai pelaku fraud sebanyak 20%, Report to The Nations 2020 menunjukkan bahwa fraud yang dilakukan oleh eksekutif menimbulkan kerugian paling besar dibanding pelaku lainnya, yaitu sebesar $600.000.
Salah satu kasus fraud yang melibatkan eksekutif adalah kasus CEO Nissan, yaitu Carlos Ghosn. Ia didakwa berkaitan dengan dugaan menyembunyikan sekitar $80 juta (Rp 1,1 triliun) pendapatan dari dokumen resmi kepada pemegang saham.
Alasan Eksekutif Perusahaan Terlibat Fraud
Mengapa pemilik atau eksekutif perusahaan mempunyai peluang untuk melakukan fraud dengan kerugian yang begitu tinggi? Laporan tersebut menjelaskan bahwa eksekutif memiliki posisi yang strategis untuk berwenang memanipulasi proses dan kontrol internal terkait fraud. Selain itu, mereka memiliki akses paling besar untuk aset organisasi serta pihak eksternal, sehingga membuat eksekutif lebih mudah untuk melakukan fraud berupa korupsi maupun kolusi.
Tingkat otoritas juga membuat angka kerugian yang ditimbulkan semakin besar. Eksekutif memiliki tingkat otoritas yang tinggi sehingga memungkinkan fraud lebih lama terdeteksi. Semakin lama fraud terdeteksi, semakin besar kerugian. Laporan tersebut menyebutkan bahwa rata-rata fraud yang dilakukan oleh eksekutif terdeteksi setelah satu tahun.
Lamanya pelaku fraud—termasuk eksekutif—bekerja untuk suatu perusahaan juga memengaruhi kerugian yang muncul dari adanya tindakan fraud. Data penelitian di atas menjabarkan bahwa pelaku yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun rata-rata merugi $200.000, empat kali lebih besar dari kerugian rata-rata pelaku yang bekerja di bawah 1 tahun.
Solusi Pencegahan Fraud
Selain memperkuat kontrol internal, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi risiko fraud yang dilakukan oleh eksekutif perusahaan. Perusahaan bisa melakukan background check kepada calon eksekutif sebelum menjabat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir tindakan fraud dengan memeriksa kualifikasi profesional, reputasi kinerja, riwayat karir, dan sebagainya.
Perusahaan juga perlu menerapkan sistem whistleblowing sebagai sarana aduan dan deteksi dini fraud yang efektif. Karyawan bisa melaporkan eksekutif jika terjadi tindakan mencurigakan dengan jaminan kerahasiaan identitas.
Integrity Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kepatuhan selama lebih dari lima belas tahun sudah dipercaya oleh klien untuk memberikan layanan di antaranya yaitu employment background screening, Canary whistleblowing System, due diligence, dan investigasi fraud. Cegah perusahaan Anda dari kerugian, hubungi kami untuk informasi lebih lanjut tentang layanan kepatuhan lainnya.
Baca Juga:
Metode Skema Billing Paling Merugikan yang Perlu Perusahaan Anda Ketahui
ISO 37001 Sistem Manajemen Antipenyuapan Minimalkan Potensi Konflik Kepentingan
Written by: Aqilla N
Corporate photo created by Racool_studio – www.freepik.com