Mobile Forensic, metode pelacakan kompleks untuk bukti yang lebih detil
Berdasarkan data dari statista.com, pengguna ponsel di dunia pada 2021 mencapai angka 7 milyar dan diprediksi bertambah menjadi sekitar 7,26 miliar pada tahun 2022 ini. Dengan jumlah penduduk dunia di angka sekitar 7,7 milyar jiwa, bisa diasumsikan bahwa hampir setiap penduduk dunia memiliki ponsel.
Data dari datareportal.com menunjukkan bahwa per April 2022, pengguna yang mengakses internet melalui ponsel mencapai angka 5,32 miliar orang. Artinya, dua per tiga penduduk dunia melakukan aktivitas digital melalui ponsel mereka.
Data tersebut dapat menunjukkan bahwa hampir setiap aktivitas manusia saat ini tidak bisa terlepas dari ponsel dan internet. Dengan segala kemudahannya, ponsel menjadi peranti yang dapat memfasilitasi kehidupan manusia, mulai dari aktivitas komunikasi, hiburan, bisnis, hingga peran interkoneksi dengan peranti lain berbasis internet of things (IOT).
Karena sudah menjadi bagian dari sebuah peradaban, di satu sisi, ponsel menjadi “saksi mati” dari hampir semua aktivitas dan interaksi penggunanya. Banyak bukti, sejarah, dan perilaku pengguna yang terekam di dalamnya.
Peralihan dari desktop forensic ke mobile forensic
Oleh karena itu, dalam dunia investigasi modern, muncul metode yang disebut mobile forensic. Metode ini merupakan bagian dari kerangka besar digital forensic, namun obyek investigasinya lebih dikhususkan pada bukti yang ada dalam ponsel.
Metode forensik digital sudah menjadi bagian dalam semua investigasi kriminal. Delapan puluh lima persen (85%) bukti digital digunakan dalam setiap investigasi kriminal.
Namun demikian, terjadi pergeseran dalam dunia forensik digital, yaitu computer/desktop forensic dari ke mobile forensic. Bahkan, sebuah sumber menyatakan bahwa saat ini, era forensik berbasis komputer sudah selesai dan digantikan dengan berbasis ponsel.
Terminologi mobile forensic mengacu pada metode investigasi untuk mengambil, mengakuisisi, dan menganalisis bukti dari ponsel yang digunakan oleh pelaku atau obyek investigasi. Tujuan utamanya tentu adalah untuk memberikan bukti kuat di pengadilan.
Kompleksitas mobile forensic
Secara umum, tidak ada perbedaan esensial antara computer forensic dengan mobile forensic. Perbedaannya lebih pada metode dan obyek yang di-tracking.
Tingkat kesulitannya pun berbeda. Teknologi keamanan seluler saat ini sudah demikian canggih sehingga dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi praktisi investigator.
Dalam metode mobile forensic, investigator juga dihadapkan dengan semakin banyak varian ponsel yang berbeda karakteristik. Dibutuhkan pengenalan akan teknologi baru, yaitu Privacy Enhanced Technology (PET), seperti kode sandi, akses biometrik, dan enkripsi.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut dibutuhkan karena sistem keamanan seluler terus berkembang cepat, bahkan lebih cepat daripada sistem komputer. Seperti misalnya teknologi Secure Enclave di IOS atau Trust Zone di Android, memungkinan sistem seluler tidak mudah diretas.
Pada saat yang sama, aplikasi messenger seperti WhatsApp, Signal atau Telegram jauh lebih peduli terhadap privasi data pelanggan. Bahkan, ke depan, multi-level enkripsi untuk sistem ponsel menjadi standar keamanan utama.
Sistem keamanan dan privasi ponsel yang terus berkembang ini menjadi alasan utama bagi investigator yang melakukan mobile forensic untuk mengembangkan kemampuannya. Salah satu platform dalam mobile forensic adalah dengan menggunakan Mobile Device Forensic Tools (MDFT).
Meski demikian, masih ada tantangan lain yang menghadang, yaitu mengenai keutuhan barang bukti. Adalah menjadi sebuah prinsip bahwa aktivitas forensik tidak boleh mengubah ataupun menodai bukti yang ada dan diperlukan adanya persetujuan dari pemilik barang bukti.
Hal yang sama juga berlaku mobile forensic. Padahal, etiket tersebut sulit dipraktikkan saat penyelidikan ponsel pengguna yang notabene merupakan barang pribadi pengguna.
Ada beberapa metode “ekstraksi” yang biasa digunakan dalam mobile forensic. Pertama, mengambil chip memori ponsel dengan membuka solder PCB-nya. Kedua, dengan menduplikasi data yang ada. Ketiga, dengan melakukan proses jailbreak pada ponsel.
Ketiga metode tersebut berisiko mencemari barang bukti dan melanggar etika forensik yang ada, terutama metode pertama. Metode ketiga adalah yang paling mengakomodasi. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa tetap terjadi pencemaran barang bukti.
Namun, tantangan tersebut tentulah akan terbayar tuntas karena ponsel menyuguhkan bukti-bukti yang lebih detil dan lengkap mengenai perilaku penggunanya. Dibarengi payung hukum yang kuat, bukti digital yang diakses melalui ponsel akan menjadi bukti kuat di pengadilan, bahkan mungkin menjadi bukti utama.
Integrasi mobile forensic dan landasan hukum
Selengkap dan sejelas apapun bukti-bukti digital yang disajikan di meja pengadilan tidaklah berguna jika tidak ada dasar hukum yang menyatakan bahwa bukti tersebut valid dan pantas digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
Otoritas pengadilan bisa dengan mudah menyangkal validitasnya dan akhirnya mementahkan bukti tersebut. Karenanya, keberadaan landasan hukum sebagai kombinasi dari bukti digital di pengadilan adalah mutlak.
Saat ini, beberapa negara sudah memiliki dasar hukum yang menjamin validitas bukti forensik digital, termasuk di dalamnya mobile forensic. Di Amerika Serikat, misalnya, Kongres sudah menyetujui beberapa undang-undang sebagai dasar hukum yang mendukung penggunaan bukti digital dalam persidangan.
Undang-undang tersebut meliputi: the Wiretap Act (18 U.S.C. §2510 et seq.); the Pen Registers and Trap and Trace, Device Statute (18 U.S.C. §3121 et seq.); the Electronic Communications Privacy Act (ECPA) (18 U.S.C. §2701 et seq.); dan Privacy Protection Act (PPA) (42 U.S.C. §2000aa et seq.).
Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) memberikan dasar hukum mengenai kekuatan hukum alat bukti elektronik. Dalam undang-undang tersebut juga diatur mengenai syarat formal dan materiil alat bukti elektronik agar dapat diterima di persidangan. Dasar hukum tersebut menjadi kombinasi yang tepat bagi metode investigasi berbasis mobile forensic.
Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, Integrity Asia menaruh porsi besar untuk metode digital forensic, termasuk di dalamnya mobile forensic, dalam skema besar investigasi yang komprehensif. Mobile forensic dapat berdiri sendiri sebagai sebuah penyelidikan mandiri ataupun sebagai pendukung dari metode investigasi lainnya.
ADT
Security system photo created by rawpixel.com – www.freepik.com