Kekuatan desktop investigation dalam investigasi
Investigasi yang sukses bukan hanya dinilai dari hasilnya, tetapi juga bagaimana investigasi dilakukan secara efisien dan akurat. Sama seperti proyek lainnya, investigasi harus dimulai dengan perencanaan untuk memahami ke mana arahnya dan apa yang perlu dilakukan.
Salah satu komponen penting dari perencanaan adalah desktop investigation atau desktop search. Dalam bentuk yang paling sederhana, desktop investigation adalah pengumpulan semua informasi awal menggunakan akses digital mengenai kasus dan subjek investigasi.
Desktop investigation adalah titik awal untuk mencoba menjawab sebagian besar pertanyaan dalam sebuah investigasi. Investigator memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.
Berdasarkan pengalaman kami, desktop investigation sangat bermanfaat, terutama ketika subjek berada di wilayah geografis yang menyebar, tinggal di tempat yang jauh, atau berada di luar negeri. Hal ini dapat menghemat biaya, sumber daya manusia, dan waktu, dengan menghilangkan kebutuhan untuk bepergian ke berbagai tempat.
Desktop investigation sudah cukup untuk menyelesaikan beberapa kasus. Namun, untuk beberapa kasus lainnya, desktop investigation tetap meninggalkan potongan informasi detail dan krusial yang memerlukan investigasi lanjutan.
Idealnya diawali dengan document study
Ada beberapa kegiatan yang kami lakukan selama desktop investigation. Mempelajari dokumen-dokumen terkait subjek investigasi adalah salah satunya.
Berdasarkan pengalaman kami, kegiatan ini kerap dianggap sekadar pelengkap oleh umumnya investigator. Hal ini mungkin terjadi karena kegiatan investigasi cenderung fokus untuk mendapatkan bukti di lapangan. Padahal, document study dapat menjadi sumber informasi kunci untuk mendapatkan bukti secara lebih efisien. Dari document study pula kami dapat menarik sebuah kesimpulan dan mengambil keputusan, apakah sebuah investigasi lapangan perlu dilakukan atau tidak.
Sebuah investigasi yang pernah kami tangani terkait kasus tuduhan pelanggaran lingkungan bisa menjadi ilustrasi betapa pentingnya peran document study. Tuduhan pelanggaran lingkungan tersebut dilontarkan oleh sebuah organisasi terhadap sebuah perusahaan melalui laporan riset yang dapat diakses oleh publik. Sebelum menerjunkan tim investigasi ke lapangan untuk mengumpulkan dan memverifikasi bukti, kami terlebih dahulu mengunduh dan mempelajari laporan riset tersebut. Dari laporan tersebut, kami mendapatkan informasi tentang topik riset, permasalahan, termasuk lokasi riset di mana kami akan mengumpulkan dan memverifikasi bukti.
Akan tetapi, setelah mempelajari keseluruhan laporan tersebut, kami menyimpulkan bahwa laporan dibuat tanpa melalui riset dan hanya mengandalkan foto citra satelit. Tidak ada data kredibel yang disajikan, seperti foto keadaan lapangan maupun wawancara dengan penduduk lokal atau pihak-pihak yang terkait.
Dari hasil tersebut, kami putuskan bahwa investigasi lapangan tidak diperlukan karena subjek tidak pernah datang ke ke lokasi dugaan terjadinya pelanggaran lingkungan, sehingga tidak ada bukti yang bisa dikumpulkan dan diverifikasi dari lapangan.
Document study juga sangat membantu dalam asset tracing. Mempelajari credit record, misalnya. Metode itu sangat membantu investigator untuk mengetahui kepemilikan aset dan lokasi aset yang dilacak. Tanpa mempelajari credit record, seorang investigator akan lebih sulit mengetahui kepemilikan aset maupun lokasi aset secara pasti di lapangan sehingga tentu investigasi lapangan akan memakan biaya lebih banyak.
Jangan lupakan social media search
Desktop investigation juga dapat mencakup social media search. Media sosial kaya akan informasi yang dapat digunakan oleh investigator, terutama untuk kasus-kasus yang melibatkan metode skip tracing.
Pencarian orang hilang yang diduga sebagai pelaku fraud bisa menjadi contoh kasus yang representatif dalam hal ini. Bermodalkan informasi dari otoritas pemerintah setempat berupa identitas terdaftar milik subjek, tim investigasi kami mulai melakukan pencarian untuk mengetahui keberadaan subjek.
Informasi tersebut termasuk alamat terbaru dan nama depan orang tua. Namun, alamat terdaftar baru dipertanyakan setelah tim kami mendapatkan keterangan dari otoritas lokal tingkat kabupaten dan tetangga bahwa subjek dan keluarganya telah menghilang sejak lama. Tim menemui jalan buntu.
Tak dapat menemukan jejak subjek di dunia nyata, tim pun mulai melakukan pencarian di media sosial berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak terkait. Sebetulnya, tidak ada akun media sosial yang ditemukan atas nama subjek yang dicari itu. Namun, penelusuran lebih lanjut berhasil menemukan akun media sosial milik keluarga subjek.
Fokus investigasi kemudian diarahkan ke foto-foto dari seorang individu yang memiliki hubungan keluarga paling dekat dengan subjek. Setelah menelisik berbagai akun sosial media dari kerabat subjek, akhirnya penelusuran bermuara ke sebuah akun tempat bisnis. Akun tersebut mem-posting sebuah acara yang dihadiri sejumlah kerabat subjek termasuk individu yang paling dekat dengan subjek. Akhirnya foto subjek pun ditemukan di salah satu post media sosial dari tempat bisnis yang terletak 200 kilometer dari alamat awal subjek.
Tim pun mengambil kesimpulan bahwa tempat usaha tersebut ada kaitannya dengan subjek. Tim kami pun melakukan korespondensi dengan tempat usaha tersebut dan mendapatkan konfirmasi bahwa saat itu subjek masih bekerja sebagai karyawan mereka. Dari korespondensi tersebut, tim berhasil mendapatkan alamat dan nomor kontak subjek.
Dari beberapa contoh kasus tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa desktop investigation dapat membuat investigasi lebih efisien dari segi biaya dan waktu, serta efektif dalam mencari bukti atau subjek karena jalannya investigasi menjadi lebih terarah.
Rahmad, Putri
Photo by Alejandro Escamilla on Unsplash