Cara kerja Ponzi pada fintech
Skema Ponzi merupakan modus penipuan investasi klasik yang digagas oleh Charles Ponzi dan menjadi booming pada tahun 1920. Namun, nampaknya banyak dari kita yang tidak belajar dari pengalaman sehingga banyak kasus fraud yang melibatkan skema ini masih terus terjadi hingga saat ini. Runtuhnya kejayaan Peer to peer (P2P) lending di Tiongkok salah satu penyebabnya adalah fraud dengan modus Skema Ponzi.
Ezubao adalah salah satu perusahaan P2P lending di Tiongkok yang melakukan penipuan besar-besaran dengan modus ini dengan melibatkan dana sebesar 9 milyar dolar AS dari 900 ribu investor. Saking besarnya, Reuters (12/10/2017) menyebut skandal fraud ini sebagai skandal fraud terbesar dalam sejarah Tiongkok modern.
Pada dasarnya Skema Ponzi adalah metode ‘gali lubang, tutup lubang’. Dalam kasus ini, Ezubao gencar menarik dana dari investor dengan iming-iming pengembalian dengan bunga fantastis sekitar 9%-14.6% atau tujuh kali lipat dari tingkat bunga dari bank pada umumnya dalam kurun waktu tertentu. Mereka mengiklankan bisnis mereka di stasiun TV pemerintah dan menghadiri kongres.
Alih-alih menyalurkan dana-dana tersebut kepada peminjam online seperti yang mereka janjikan, Ezubao mengalihkan dana-dana tersebut untuk kepentingan pribadi pemimpin perusahaan, Ding Ning. Untuk mengembalikan dana para investor tersebut, perusahaan ini mengandalkan dana dari para investor baru.
Mendapatkan dana investasi berkesinambungan menjadi kunci bagi Skema Ponzi. Namun, pada satu titik skema ini akan runtuh karena perusahaan kesulitan membayar keuntungan yang dijanjikan lantaran krisi likuiditas. Lantaran penyelenggaran lending yang tidak transparan, investor tidak benar-benar mengetahui kepada siapa uang mereka dipinjamkan dan untuk apa. Ezubao secara mendadak menghentikan skema bisnisnya hingga membuat para investornya curiga dan melaporkannya ke pihak berwajib.
Ketika polisi melakukan penangkapan terhadap para eksekutif Ezubao, perusahaan ini sudah mengalami gagal bayar kepada para investornya senilai 38 milyar yuan. Dari pengakuan Ding Ning seperti dikutip Reuters, ia meminta sekertarisnya membeli tas-tas bermerek sebagai pencitraan kesuksesan perusahaan. Kasus ini menjadi awal mula pemerintah Tiongkok mulai memperketat peraturan P2P lending.
Baca Juga:
5 Langkah Sigap Ketika Fraud Terdeteksi
Perusahaan Raksasa Ini Kehilangan Milyaran Dolar Karena Fraud, Ini Pelajaran yang Bisa Dipetik