Kenali 4 Skenario Fraud Pada Usaha Kecil Menengah
Fraud tak kenal diskriminasi. Usaha kecil hingga besar tak lepas dari paparan risiko fraud. Faktor apa saja yang membuat bisnis pada umumnya rentan terhadap fraud?
– Karyawan melakukan lebih dari satu pekerjaan (multitask).
– Karyawan terlalu percaya satu sama lain.
– Tak ada code of conduct atau prosedur formal yang artinya segala proses tak didokumentasikan dengan baik.
– Karyawan kurang kesadaran dan pengetahuan tentang fraud.
Namun, usaha kecil lebih rentan karena cenderung rentan terhadap fraud karena memiliki sedikit kontrol anti-fraud daripada perusahaan besar. Menurut laporan Nation on Occupational Fraud and Abuse tahun 2018, fraud menyebabkan perusahaan kecil (<100 karyawan) kehilangan rata-rata 200.000 USD per tahun atau setara dengan 2,8 milyar rupiah per tahun. Angka tersebut belum termasuk kerugian intagible.
Membuat kontrol anti-fraud merupakan hal yang tak bisa ditawar jika ingin mencegah kerugian. Sebelum membuat, setidaknya pemilik bisnis perlu mengenali apa saja skenario fraud yang umum terjadi pada usaha kecil menengah.
1.Pencurian uang cash
Pencurian uang bisa terjadi melalui skimming, pencurian, dan fraudulent disbursement (karyawan mencairkan dana tanpa seizin pihak yang berwenang). Umumnya para pelaku tidak mencuri dalam jumlah besar sekaligus, tapi tindakan ini dilakukan terus menerus selama belum terdeteksi sehingga uang yang dicuri pada akhirnya memengaruhi kondisis finansial perusahaan.
2. Penggelapan gaji
Menurut laporan Nation on Occupational Fraud and Abuse tahun 2014 sebanyak 27% penggelapan gaji terjadi di semua usaha dalam berbagai ukuran dan terjadi dua kali lipat pada usaha kecil. Pemilik usaha kecil dan menengah harus memiliki pengetahuan tentang sistem payroll dan menegakkan akuntabilitas terhadap personel akunting dalam setiap laporan bulanan. Kompleksitas sistem payroll meningkat seiring dengan perkembangan usaha. Pemilik harus konsisten mengawasi dan memperbaiki kekurangan sistem payroll secara berkala.
3. Faktur palsu
Metode fraud ini makin populer di kalangan usaha kecil dan menengah. Modusnya, pelaku membuat supplier palsu, lalu menguras uang dengan mengeluarkan faktur dengan sejumlah pembayaran yang ditujuan untuk supplier palsu tersebut. Bisa pula, pelaku mengambil uang yang seharusnya digunakan untuk membayar supplier. Oleh sebab itu, pemilik usaha seharusnya benar-benar mengetahui siapa supplier mereka dan mengawasi setiap faktur yang akan dikeluarkan.
4. Online banking
Usaha kecil kini tak bisa lepas dari peran online banking. Popularitas sistem perbankan ini meningkatkan peluang dana ditransfer pada rekening yang salah atau yang tak seharusnya. Ditambah lagi risiko paparan cybercrime. Pemilik usaha perlu menjadwalkan pertemuan rutin dengan tim yang terkait dengan sistem pembayaran online untuk memantau semua uang yang ditransfer masuk dan keluar.
Sumber: https://www.entrepreneur.com/article/290551