Deteksi Fraud: 5 Tips Sukses Manfaatkan Artificial Intelligence

Deteksi Fraud: 5 Tips Sukses Manfaatkan Artificial Intelligence

Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan bukan lagi sebuah cerita fiksi, namun akan menjadi bagian dari kehidupan manusia di masa mendatang. Kendaraan otomatis, asisten virtual, diagnosa penyakit, banking, hiburan, semua akan memanfaatkan artificial intelligence, termasuk dalam bidang kepatuhan (compliance).

Contohnya, sebuah institusi keuangan bisa mengelola ribuan data yang dimilikinya untuk mengatasi dan bahkan mencegah terjadinya fraud dengan mengadopsi artificial intelligence.

Melalui pembelajaran mesin ini, big data yang kompleks bisa menjadi berguna bagi perbankan untuk mencegah fraud. Artificial intelligence mampu menganalisa data kompleks secara real time dan mengenali tanda-tanda fraud yang mungkin terlewati oleh analis manusia sehingga memperbesar peluang pencegahan fraud.

Namun, ada beberapa poin penting yang perlu dipahami oleh perusahaan agar proses penerapan artificial intelligence berjalan sukses.

1. Jangan terintimidasi. Tak perlu merasa terintimidasi karena membayangkan istilah ini sebagai sesuatu yang kompleks dan tak mungkin diwujudkan. Istilah paling sederhana dari artificial intelligence adalah otomatisasi yang akan mempermudah pekerjaan manusia yang bersifat monoton.

2. Jangan memercayai sepenuhnya. Artificial intelligence seharusnya dipandang sebagai ‘asisten’ Meskipun adanya perkembangan signifikan dalam algoritma analitik, namun mesin tak boleh sepenuhnya otonom dalam pengambilan keputusan – terutama dalam layanan keuangan. Kecerdasan manusia (bijaksanaan dan wawasan) masih diperlukan dalam pertimbangan sebelum mengambil keputusan.

3. Jangan mengadopsi hanya karena efisiensi biaya. Otomatisasi memang dapat memangkas biaya operasional. Namun, jangan hanya mempertimbangkan biaya. Keberadaan analis, peneliti, dan ilmuwan tak tergantikan. Pekerjaan monoton mereka bisa diotomatisasi sehingga mereka bisa mengalokasikan waktu untuk hal lain yang lebih berharga, contohnya penelitian terkait risiko-risiko baru atau berinovasi.

4. Jangan korbankan transparansi untuk efisiensi. Akuntabilitas harus menjadi prioritas. Sebuah keputusan harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Persepsi seperti ini harus menjadi bagian dalam pengembangan dan produksi sistem artificial intelligence suatu institusi. Terkadang transparansi membutuhkan biaya lebih. Jadi, jangan sampai karena ingin memangkas biaya, akuntabilitas sebuah keputusan diabaikan sehingga merugikan institusi dan klien.

5. Jangan mengadopsi artificial intelligence hanya untuk trend. Cepat atau lambat, seorang analis profesional akan mendapatkan pertanyaan seperti ‘apakah kita mengimplementasikan AI? Perusahaan kompetitor sudah loh! Kenapa kita enggak?’ Jangan melakukan hal tersebut hanya karena tren. Ada banyak manfaat artificial intelligence, contohnya membantu para analis profesional dalam mendeteksi perilaku-perilakufraud yang mungkin tak bisa terdeteksi dengan pendekatan tradisional. Mulailah mengadopsi teknologi ini dengan gagasan ‘apa yang bisa dimanfaatkan dari artificial intelligence untuk bisnis kita’.

 

 

Sumber:

https://www.sas.com/content/dam/SAS/en_us/doc/whitepaper1/machine-learning-financial-crimes-109466.pdf

 

 

Share this post


ANGGOTA DARI

KANTOR PUSAT

ALAMAT

Jl. RS. Fatmawati Raya No. 57-B, Cilandak Barat, Jakarta 12430, Indonesia

TELEPON

EMAIL

BERLANGGANAN NEWSLETTER

Dapatkan perkembangan berita dan wawasan industri

    REFERAL KAMI

    Copyright – INTEGRITY – All Rights Reserved © 2023 – Privacy Policy | Terms of Services | Content Protection by DMCA.com