6 Mitos Seputar Rekrutmen
Ada banyak mitos-mitos yang masih dipegang teguh oleh para perekrut atau HRD yang justru menghambat mereka untuk mendapatkan sumber daya manusia terbaik. Mitos-mitos apa sajakah itu? Berikut beberapa di antaranya.
1. Rekrutmen tak diperlukan perusahaan skala kecil
Mitos ini kerap dipegang teguh oleh perusahaan kecil atau perusahaan yang baru memulai bisnis, contohnya, startup. Faktanya, setiap individu karyawan memengaruhi kesuksesan perusahaan. Jika perusahaan pelit meluangkan waktu untuk merekrut karyawan dengan benar, besar kemungkinan akan mendapatkan karyawan yang tak sesuai harapan sehingga mengakibatkan performa buruk, boros biaya dan waktu, dan bahkan menurunkan keuntungan yang didapat perusahaan.
2. Ada kandidat yang sempurna
Faktanya, tak ada kandidat yang sempurna sesuai dengan kebutuhan dan gaji yang ditawarkan perushaaan. Ketika mencari kandidat yang mendekati sempurna, kuncinya adalah kecocokan kultur dan fleksibilitas terkait dengan pekerjaan yang ditentukan. Seorang kandidat mungkin sangat bertalenta, tapi kalau ia tak punya value dan karakter yang baik, ia akan sulit beradaptasi atau bahkan benar-benar tak cocok dengan perusahaan.
3. Lama pengalaman kandidat adalah inti metrik kompetensi yang benar dan harus menjadi acuan
Seharunya tak perlu seperti itu. Hal yang perlu diingat oleh para perekrut adalah selalu memilih kualitas daripada kuantitas dan jangan terlalu berpaku pada detail hingga melewatkan kandidat terbaik. Contohnya, seorang perekrut diminta untuk merekrut kandidat yang salah satu persyaratannya yaitu berpengalaman 5 tahun. Tapi, kandidat yang tersedia hanya memiliki pengalaman 4 tahun, akankah perekrut memberikannya kesempatan?
Perekrut sebaiknya mempertimbangkan lagi dari sisi lain. Hanya karena seorang kandidat memiliki pengalaman 5 tahun di bidang tertentu bukan berarti menang pengalaman daripada kandidat yang bekerja di perusahaan kecil selama 4 tahun. Kandidat yang bekerja 4 tahun di perusahaan kecil mungkin telah menghadapi lebih banyak pekerjaan dan terbiasa dengan tanggung jawab yang lebih besar daripada kandidat yang berpengalaman 5 tahun di perusahaan besar.
4. Sebisa mungkin menawar angka gaji terendah
Jika ingin merekrut kandidat yang berkualitas tinggi, menawarkan gaji tak sepadan bukan langkah yang cerdas. Kandidat yang berkualitas biasanya tahu ia harus mendapatkan nilai yang pantas untuk upaya dan profesinya. Mungkin ada kandidat yang mau menerima tawaran gaji rendah, tapi pada akhirnya ia akan berusaha mencari peluang lain yang jauh lebih baik.
5. Tak perlu selalu melakukan pre-employment screening
Hasil survei CareerBuilder menunjukkan 75% pemberi pekerjaan mengatakan bahwa mereka mempekerjakan orang yang salah untuk suatu posisi dan salah pengambilan keputusan tersebut memengaruhi bisnis mereka. Sebanyak 37% pemberi pekerjaan mengatakan kesalahan tersebut karena para kandidat berbohong tentang kualifikasi mereka. Data tersebut seharusnya sudah menjadi cukup alasan bagi perusahaan selalu melakukan pre-employment screening untuk menghindari salah mengambil keputusan.
6. Rekrutmen akan dikerjakan oleh robot bukan lagi manusia
Dalam beberapa tahun ke depan artifical intelligent atau kecerdasan buatan akan mengambil alih tugas manusia dalam rekrutmen. Tapi, tak semua tugas. Hanya tugas yang sifatnya repetitif dan bisa diotomatisasi. Manusia tetap diperlukan sebagai analis dan pengambil keputusan. Jadi, rekrutmen tak mengandalkan manusia lagi adalah mitos belaka.
Sumber:
https://www.huffingtonpost.com/margaret-jacoby/8-recruitment-myths-preve_b_7587868.html